Hadits

[Hadits][bleft]

Akhlaq

[Akhlaq][bsummary]

Pendidikan

[Pendidikan][twocolumns]

HADIAH UNTUK KEBANGKITAN ISLAM (2)

 

Jika sebagai kemajuan dari suatu proses pergolakan pemikiran Islam, hendaknya proses itu diarahkan. Pengarahan tidak berarti mengikat, agar tidak terjadi kebekuan dan kemandekan. Pengarahan itu hendaknya tidak semata-mata tertuju pada suatu arah, tetapi lebih dari itu hendaknya pengarahan itu memberikan rangsangan untuk bergerak dinamis, bukan mempersempit ruang gerak yang pada akhirnya membutuhkan gerak dinamisasi. Kecemburuan terhadap suatu pergolakan pemikiran perlu dihilangkan. Sebab seringkali pergolakan pemikiran dilakukan seseorang atau kelompok yang sifatnya subyektif. Setiap pemikiran berarti rasionalisasi. Setiap rasionalisasi mesti subyektif. Menghindari dari ekses negatif akibat pergolakan yang dinilai tidak sehat misalnya, perlu membedakan antara pemikiran sebagai suatu kesubyektifan dan Islam sebagai suatu keobyektifan. Dengan demikian maka bila terjadi kesalahan dalam pergolakan dengan mudah kita dapat mengelak dari keterlibatan Islam dalam kesalahan tersebut. Untuk itu selamanya setiap pergolakan berarti tambahan suatu perbendaharaan pemikiran, demikian seharusnya kita menilai.

Jika sebagai akibat pengilmiahan, hal ini berarti suatu noda dan kerancuan berpikir. Tindakan mencocokkan Islam dengan penemuan ilmiah modern adalah tindakan kurang bijaksana. Islam bukanlah ajaran tempat mencocokkan penemuan semata. Yang lebih penting, Islam adalah perangsang kreasi, motivator untuk berbuat. Kalau Islam dijadikan sebagai tempat mencocokkan suatu penemuan ilmiah baru, maka apa yang pernah terjadi pada saat Darwin menemukan teori evolusi, akan terulang kembali. Saat itu umat lslam berusaha mencocok-cocokkan teori Darwin dengan ajaran Islam. Hal ini dalam lintasan sejarah umat Islam terjadi berulang kali. Misalnya bagaimana filosuf-filosuf Islam dahulu berusaha untuk mencocokkan pemikiran Yunani dengan lslam, yang jelas bertolak belakang. Secara logis, yang absolut tidak mungkin dicocokkan dengan yang relatif. Lslam, kita akui sebagai absolut dan ilmu relatif. Maka jika terjadi sebaliknya, itu adalah kerancuan berpikir.

Pemikiran-pemikiran dari telaah reformer abad 19 sekarang mulai diragukan kebenarannya. Pikiran mereka cenderung dinilai terlalu apologis, tidak akrab dengan kenyataan yang sebenarnya dari ajaran Islam. Seperti penulis jelaskan dalam illustrasi di atas. Dari persoalan-persoalan seperti telah dicontohkan di atas, sungguh pun telah dijawab oleh yang pro, tetapi ini adalah fenomena sejarah pemikiran umat Islam yang tak mungkin terhapus hanya dengan jawaban. Jawaban pihak kontra yang cenderung selalu bercorak negatif, mengasumsikan Islam sudah tidak punya apa-apa lagi. Konsep negara Islam disangsikan, konsep ilmu pengetahuan Islam ditiadakan, dan pada akhirnya seluruh konsepsi yang pernah dikuakkan oleh reformer abad 19 akan menjadi tidak ada.

Ini adalah satu dari sekian penjelmaan keunikan Islam yang semakin membengkak. Kalau pada permulaan lahirnya Islam, dipandangnya sebagai ajarang yang unik, maka pada abad dua puluh bukan saja Islam yang dianggap unik, tetapi sampai pada pemikiran Islam sebagai wujud dari interpretasi ajaran Islam, mulai dianggap unik, dan tidak dipercayai lagi. Jadi hal ini bukan saja mahjubun bil muslimien (tertutup oleh kaum Muslimin sendiri) tetapi telah ahiabul muslimun (betul-betul ditutup dengan kaum muslimin itu sendiri). Ini adalah tantangan terbesar menurut penulis yang dihadapi Islam abad dua puluh ini. Pernyataan kalau hidup secara ajaran Islam murni sekarang kita tak mungkin bisa hidup, telah merata di dalam masyarakat kita. Kalau Islam pada zaman jahiliyah dianggap unik oleh orang-orang jahiliyah, tapi sekarang Islam telah dianggap unik oleh pemeluknya sendiri. Maka benarlah apa yang telah disinyalir Rasulullah “badaa al-Islaamu ghariban, wa saya’uudu ghariban, thuubaa lilghurubaa, thuubaa lil ghurubaa’, tsumma tuubaa lilghuraba”. (Islam muncul dengan dianggap unik, dan akan kembali nanti dianggap unik, maka berbahagialah wahai orang-orang yang unik, berbahagialah orang-orang yang unik, kemudian berbahagialah wahai orang-orang yang unik). Tetapai masalahnya sekarang seberapa manusia yang dapat hidup unik itu sekarang. Sungguh pun kata “berbahagialah” diulang tiga kali oleh Rasulullah, tapi kita masih melihat terlalu minim orang yang mau hidup unik itu (hidup secara lslam). lnilah hadiah terbesar untuk kebangkitan abad ini.

Tidak ada komentar: