Oleh : Adnin Zahir Syadid
Istilah Demonology diartikan sebagai the study of demons (studi
mengenai setan). Penggunaan istilah “Demonologi Islam” sendiri memiliki
pengertian: Sebuah upaya penggambaran Islam sebagai demon (setan). Sebuah upaya
sistematis untuk menjadikan islam dan pengikutnya agar dipandang sebagai
ancaman yang menakutkan. Ini merupakan strategi kaum kuffar dalam upayanya
menghilangkan nilai-nilai Islam yang telah tersebar di bumi ini. Tak hanya
non-muslim, muslim pun juga dijadikan target dalam misi ini dengan tujuan
menjadikan seorang muslim tersebut memiliki pandangan yang justru bertentangan
dengan agama yang ia anut atau memiliki sikap antipati terhadap segala hal yang
berbau Islam.
Demonologi Islam juga dapat dimaknai sebagai salah satu upaya kaum
kuffar untuk dapat mengontrol dunia melalui pemburukan citra Islam yang
dipandang sebagai ancaman. Pembentukan citra tersebut sangat bergantung pada
media massa sebagai pembentuk makna, hingga akhirnya terbentuknya opini publik
tentang bahaya Islam. Melalui hal tersebut, akan memberikan legitimasi dan
justifikasi bagi kaum kuffar dan antek-anteknya untuk membuat kebijakan yang
dapat membasmi siapa saja yang menghalangi jalan mereka. Pelaku dari upaya ini
tentu merupakan negara super power yang memiliki semua instrumen untuk dapat
melaksanakan strategi pelemahan umat islam.
Dalam perjalanannya, kelompok-kelompok yang selalu vokal dalam
menentang segala pelemahan citra agama Islam akan mendapat “hukuman”. Mulai
dari pembubaran organisai, pemenjaraan aktivis, bahkan sampai pada tahap
kekerasan maupun pembunuhan pada seorang ulama.
Tentu masih segar dalam ingatan kita bagaimana Ikhwanul Muslimin
yang merupakan organisasi pergerakan dibubarkan di Mesir masa pemerintahan
Presiden al-Sisi. Hal ini juga dapat kita jumpai di Aljazair, FIS (Front
Islamique du Salut) yang merupakan parpol yang baru terbentuk, dibubarkan
secara paksa pada tahun 1992. Ini terjadi setelah FIS dapat menguasai parlemen
pada pemilu tahun 1991. Saddam Hussain maupun Muammar Qaddafi yang mencoba
menghentikan hegemoni barat dalam percaturan politik dunia pada akhirnya juga
berakhir pada kematian. Indonesia pun tak luput dari penyerangan kepada ulama
maupun aktivis-aktivis muslim yang terus gigih membela agama Allah swt.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah benar Islam itu sebagai
ancaman? Fakta sejarah membuktikan bagaimana Islam juga menghormati agama lain.
Kebebasan beribadah diberikan kepada non-muslim ketika pemerintahan itu berada
dalam naungan Islam. Dalam hal pemerintahan, non-muslim faktanya juga beberapa
kali mendapatkan jabatan yang strategis dengan kualitas yang dimilikinya. Kita
juga mengetahui, bagaimana perlakuan Rasulullah saw. dalam bermuamalah dengan
kaum yahudi. Lembut namun tegas.
Dendam Historis
Dapat dikatakan, Perang Salib telah memberntuk fondasi yang kokoh
atas permusuhan kepada Islam. Dendam itu masig berlangsung hingga sekarang.
Setelah perang dingin berakhir yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet pada
tahun 1991, permusuhan kepada Islam sebagai sebuah ideologi terbentuk kembali.
Islam dipandang sebagai sebuah ancaman nyata bagi kaum kuffar mengingat jumlah
pengikutnya yang terus meningkat, disisi lain (di Eropa misalnya) ketertarikan
untuk mendatangi gereja semakin turun.
Dendam ini yang menjadikan negara super power terus berupaya
membentuk opini pelemahan umat. Dengan menggunakan segala instrumen yang ada serta
kekuatan untuk dapat mengendalikan negara-negara dalam satu forum,
kebijakan-kebijakan yang banyak merugikan negara muslimpun terus dilaksanakan.
Contoh nyata dapat kita lihat pada Palestina, dimana Israel selaku penjajah
dapat dengan leluasa membunuh penduduk Palestina tanpa mendapatkan hukuman sama
sekali. Amerika Serikat selaku negara super power terus menggunakan hak vetonya
untuk mencabut keputusan yang merugikan Israel. Memang aneh ketika hak veto
hanya diberikan kepada 5 negara tetap.
Kesalahpahaman Masyarakat
Tak sedikit masyarakat yang memilki kesalahpahaman terhadap Islam.
Zaman Ghazwul Fikri menjadikan masing-masing penganut ideologi untuk
melakukan penyebaran pemahaman yang dimilikinya. Ketidakmampuan untuk memfilter
informasi dapat berdampak pada mudahnya sebuah pemahaman meracuni pembacanya. Media
sendiri tak membatasi setiap produk yang datang ke rumah mereka.
Kesalahpahaman terhadap Islam dapat dengan mudah ditemui ketika
seseorang justru mempelajari dan memahami Islam dari para orientalis, hingga akhirnya
muncul miskonsepsi pemahaman itu sendiri kepada Islam. Hal ini diperparah
dengan sajian media massa yang menampilkan Islam secara tidak utuh.
Kekeliruan lainnya adalah menyamakan Islam dengan perilaku individu
umat Islam. Dalam hal ini, perlu dipahami tentang langkah-langkah memahami
ajaran Islam. Banyak yang mempelajarinya tanpa menguasi hal-hal dasar yang
menjadi fondasi dalam pendidikan Islam, yang berakibat pada kekeliruan
pemahaman maupun tindakan yang diambil oleh seorang muslim.
Penutup
Sudah seharusnya seorang muslim untuk mengambil perannya
masing-masing dalam rangka memerangi pemahaman ini. Istilah demologi Islam
mungkin terlihat sedikit kasar, namun realita yang nampak memang demikian
karena serangan terhadap Islam tak akan pernah berhenti. Semoga kita semua
dapat mengambil peran kita masing-masing.
Mungkin yang bener namanya adalah islamophobia. Demonologi adalah ilmu yang membahas masalah Iblis dan Syaithon. Jadi, Demonologi dalam Islam adalah Ilmu yang membahas Iblis dalam perspektif Islam, bukan sebuah upaya penggambaran Islam sebagai demon (setan).
BalasHapus