Oleh : Sanusi Uwes
Muqaddimah
Diantara
modal manusia untuk menghidupi dan menghadapi alam adalah kemampuan untuk
mengembangkan pengetahuan. Pengembangan pengetahuan ini dilatarbelakangi oleh
keinginan manusia untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari yang selama
ini didapatkan. Sesuatu itu dapat sekedar untuk kelangsungan hidup tapi juga
dapat justru untuk merasakan makna hakiki dari hidup yang selama ini dirasakan.
Pengembangan
pengetahuan ini dimungkinkan lantaran manusia mempunyai kelebihan yang tidak
ada pada makhluk lain yakni kemampuan berpikir menurut garis piklran tertentu
(penalaran) dan kemampuan berbahasa yang bersifat komunikatif.
Berpikir
secara nalar ini bercirikan logis dan analitik, sedangkan berpikir yang tidak
logis dan tidak analitik adalah berpikir secara perasaan dan intuisi. Baik
melalui penalaran perasaan atau intuisi, maka hasil pengetahuan yang didapat
merupakan pengetahuan hasil usaha aktif manusia. Dalam pada itu ada pengetahuan
bukan hasil usaha aktif manusia, yakni pengetahuan yang merupakan pemberitaan
dari luar manusia yakni wahyu. Kalau wahyu merupakan pengetahuan kebenaran
Tuhan yang sekaligus bersumber dari Tuhan, maka kebenaran pengetahuan penalaran
bersumberkan pada ratio -menurut aliran Rationalisme- dan pengalaman/empiris,
menurut aliran empirisme.
Kebenaran
dan / atau apa pun hasil nalar, perasaan, intuisi atau pun wahyu berada pada
rohani. Pengetahuan pada rohani inilah yang disebut pengertian. Supaya
pengertian kita sama dengan pengertian orang lain maka pengertian itu
dikomunikasikan. Mengkomunikasikan pengertian melalui isyarat atau lambang.
Isyarat atau lambang berbentuk gerak atau gambar-gambar. Pengertian yang
dikomunikasikan melalui suara-suara (yang pengertiannya sudah disetujui / mendapat
kesepakatan masyarakat) itulah yang disebut KATA. Dengan demikian kata itu
diberi arti sesuai dengan lingkungan sosialnya. Pengertian terhadap kata
tergantung pada pendidikan yang ada pada kelompok sosial itu dalam pengajaran
bahasa. Karena itu maka pengertian kata akan sangat tergantung pada kelompok
sosial, bila kelompok sosialnya berbeda, maka dengan ungkapan kata yang sama
tidak mustahil mengandung pengertian yang berbeda kalau malah tidak
bertentangan.
Kemanfaatan Kata
Manusia mengumpulkan kata-kata, terjadilah perbendaharaan kata. Karena kata merupakan lambang dari pengertian dan pengertian didapat melalui pengalaman dan pemikiran. maka perbendaharaan kata-kata berarti gambaran dari akumulasi pengalaman dan pemikiran. Lantaran itu pula dengan perbendaharaan kata-kata berarti manusia punya peluang untuk mengkomunikasikan segala pengalaman dan pemikiran.
Kekurangan perbendaharaan berarti kurang kemampuan mcngkomunikasikan pemikiran dan pengalaman. Kekacauan mengeluarkan kata-kata berarti kekacauan dalam mengkomunikasikan pemikiran dan pengalaman, kalau tidak, malah kekacauan dalam berpikir serta mengingat dan menganalisa pengalaman-pengalamannya. Bila pengalaman dan pemikiran manusia berkembang maka kata pun akan mengalami perkembangan pula. Bila manusia itu terdiri atas kelompok-kelompok yang berbeda, maka kata pun akan berbeda-beda pula. Lantaran itu bertambah pengalaman suatu kelompok akan bertambah pula perbendaharaan kata-kata kelompok itu. Perkembangan pengalaman kelompok santri, mahasiswa, ilmuwan, pedagang, politikus, pendidik dan malah tukang tipu dan tukang copet, akan menumbuhkan perkembangan bahasa kata itu sendiri.
Kata-kata akan diperkaya oleh berbagai lapisan masyarakat dan kelompok manusia di dunia. Melalui kata-kata, manusia dapat mengerti dan bekerja lebih cepat dan lebih baik. Bayangkan kalau tidak ada kata-kata, padahal anda sudah lari jauh dan terengah-engah untuk memberitahu orang tentang adanya sumber air baru, maka anda terpaksa harus membawa setiap orang pada tempat yang dilambangkan sebagai sumber air yang baru. Dengan adanya kata pula, kita dapat memikirkan sesuatu yang jauh dari kita sendiri.
Di belakang meja, kita dapat memikirkan bagaimana sahabat kita
sekarang. Dengan kata, kita pun dapat berpikir seara berkesinambungan tanpa
melihat obyek yang dipikirkan, sedangkan hewan lantaran tidak mempunyai
perbendaharaan kata, mereka baru dapat mencari jalan keluar apabila obyeknya
ada di depan matanya.
Bila
hewan belajar hanya untuk mempertahankan jenisnya maka manusia lebih dari itu,
manusia belajar untuk berbudaya. Lantaran itu maka sesuatu yang sudah diketahui
oleh manusia pendahulunya dikomunikasikan melalui kata-kata. seperti untuk
menyatakan bahaya api atau racun pada anak-anak, manusia cukup dengan kata-kata
saja dan tidak mesti memakan racun atau membakar jadi dulu.
Dengan
kata, manusia dapat berpikir teratur juga dapat mengkomunikasikan hasil pikiran
dan bahkan sesuatu yang sedang dipikirkan, mengekspresikan sikap dan rasa.
Dengan kata, manusia hidup dalam dunia nyata sekaligus dunia simbolik. Dan
lantaran itu manusia memberi arti pada hidupnya. Kata merupakan kekuatan hidup
manusia. Kekuatan menyampaikan pikiran, perasaan, pertanyaan, pernyataan, doa,
perintah, permintaan, cinta, benci, senang, jengkel dan lain seterusnya.
Tidak ada komentar: