Hadits

[Hadits][bleft]

Akhlaq

[Akhlaq][bsummary]

Pendidikan

[Pendidikan][twocolumns]

Kodrat Jiwa (2)




Misteri Jiwa

Telah disebutkan dalam al-Qur’an bahwa kita hanya mengetahui sedikit tentang misteri sebuah jiwa. Allah swt. telah menyatakan bahwa banyak hal yang tidak kita ketahui terkait hal-hal ilahiyah. Ia berfirman : Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."  (Al-Isra’ : 85)

Ayat ini mengindikasikan terkait kemampuan umat manusia untuk memahami sifat sejati dari jiwa itu terbatas. Kita tidak akan pernah mampu untuk mengungkap rahasia dari jiwa, kehidupan dan kematian, dan apa-apa yang melebihi itu. Ilmu pengetahuan tidak akan pernah mampu untuk menyelesaikan pembahasan ini karena adanya dunia yang tak terlihat itu berada diluar jangkauan metodologi dan penelitihan ilmu pengetahuan.

Ruh itu berasal dari Allah swt. dan dihembuskan kedalam tubuh manusia. Allah swt. berfirman:

“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”. (al-Hijr : 29)

Dalam ayat lain :

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”. (As-Sajdah : 9)

Penting untuk diperjelas bahwa Ruh merupakan sebuah elemen kehidupan dan jiwa yang mana Allah telah membentuk tubuh itu terlebih dahulu, ia bukan merupakan bagian dari jiwa tuhan itu sendiri atau merupakan bagian kecil didalamnya. Ia merupakan partikel inti yang tidak seperti fisik jasmani. dibentuk dari sebuah zat yang tidak memiliki tandingannya dalam alam jasmani. Kita mengetahui bahwa seseorang itu adakalanya naik, turun, mendengar, melihat, berbicara, namun tindakan-tindakan ini berbeda dari karakter yang telah disebutkan sebagaimana yang kita pahami.

Jiwa itu tersebar ke seluruh anggota tubuh. Ia membimbing anggota badan untuk merasa, bergerak, dan berkeinginan. Ketika jiwa itu terangkat, maka itulah akhir dari kehidupan manusia tersebut. Ibnu Taimiyah menulis :

“Ruh itu tidak menetap pada tiap partikel dari anggota tubuh, namun ia mengalir ke seluruh anggota tubuh yang mana itu merupakan sebuah karakteristik pada seluruh anggota tubuh. Jika kehidupan itu bergantung pada Ruh, maka ketika Ruh itu berada dalam tubuh menandakan ia manusia tersebut hidup, dan ketika terangkat, maka berkahirlah sebuah kehidupan.” (al-Ashqar, U.S. 2002, The Minor Resurrection (What happens after death) in the light of the Qur’an and Sunnah)

Kata Insan digunakan untuk merujuk kepada manusia seutuhnya, baik itu jiwa dan anggota tubuh tersebut. Salah satu surah dalam al-Qur’an bernama “al-Insan” yang ia dimulai dengan :

“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (al-Insan : 1)

Ibnu Taimiyah menyatakan :

“Insan merupakan sebuah ekspresi yang merujuk kepada anggota tubuh dan jiwa itu secara bersamaan, karena itu, ia lebih menekankan kepada jiwa dibandingkan dengan anggota tubuh. Anggota tubuh hanyalah kendaraan bagi jiwa tersebut.” (syarah ath-thahawiyah hal 442)

Kebaikan dan Keburukan

Kita memahami dari wahyu ilahi bahwa manusia itu memiliki kemampuan untuk berbuat baik maupun buruk. Jiwa itu pada asalnya tidak mewarisi keburukan, namun ia memiliki potensi untuk bebuat itu, sama besar potensinya dengan kebaikan. Kebaikan, pada faktanya lebih memungkinkan untuk didapati dikarenakan kehadiran fitrah yang terdapat dalam jiwa tersebut. Keburukan itu harus dapat dicegah dan dibebaskan pengaruh-pengaruhnya melalui proses purifikasi melalui penjabaran dibawah ini.

Sebuah kebaikan yang terdapat dalam diri seorang manusia merupakan sebuah bukti yang kuat bahkan kepada non-muslim sekalipun - yang tersesat dari petunjuk Allah swt. dan jalan yang lurus - yang dilanjutkan dengan menjalankan beberapa elemen kebaikan dalam kehidupan mereka. Jika bukan karena ini, maka dunia akan lebih kacau dan rusak dibanding sekarang ini (yang berat untuk kita imajinasikan).


Secara umum, manusia memiliki petunjuk moral, kode etik, dan hukum yang menunjukkan akan persetujuan maupun ketidaksetujuan sebuah perilaku, dan melalui petunjuk ini banyak yang ingin merusaknya/melanggarnya, agama memiliki peran yang besar dalam hal ini. Non-muslim memiliki penghargaan atas kematian seseorang namun tidak memiliki penghargaan atas kehidupan setelahnya. Mereka tidak mempercayai akan hari akhir, sama halnya ketika mereka menolak untuk beriman kepada Allah swt dan beribadah kepada-Nya.


Oleh : Dr. Aisha Utz (Psychology from the Islamic Perspective)
Diterjemahkan oleh : Adnin Zahir

Tidak ada komentar: