Hadits

[Hadits][bleft]

Akhlaq

[Akhlaq][bsummary]

Pendidikan

[Pendidikan][twocolumns]

Tugas Ibu Dalam Membina Rumah Tangga



Oleh : Sadely Ilyas

Menanggapi tentang tugas dan fungsi kaum ibu dalam hidup dan kehidupannya, ia akan bermakna sekali bagi kehidupan semua pihak. Bagi suami, bagi anak, bagi rumah tangganya bahkan yang lebih besar lagi bagi bangsa dan negaranya. Sehingga Islam sendiri telah memberikan garis istimewa terhadap kaum putri ini yang berbunyi: 

“Wanita adalah tiang suatu negara, apabila wanitanya baik maka negara akan baik dan apabila wanita rusak maka negarakapun akan rusak.”

Butiran mutiara di atas yang dalam maknanya itu seyogyanya dijadikan pedoman fundamental bagi setiap kaum ibu, baik seorang gadis, seorang istri maupun seorang ibu rumah tangga.

Sebuah keluarga atau sebuah rumah tangga pada dasarnya mempunyai tiga unsur Insani, yaitu unsur yang terdiri dari anak, ibu dan ayah. Diantara ketiga unsur tersebut ibu lah yang mempunyai tugas terpenting dalam rumah tangga, karena Tuhan telah memberikan fitrah kepadanya untuk dapat mengandung, kemudian melahirkan putra-putrinya serta memeliharanya dengan kasih sayang.
Maka dari itu tidaklah heran apabila ada orang-orang yang berkata bahwa tetes-tetes darah ibu lah yang banyak meresap kepada pribadi dan sikap anak. Maksudnya pengaruh ibu terhadap anak yang dibinanya, lebih kuat daripada ayah atau keluarganya yang lain.

Demikian pula dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibu lah yang paling dekat dengan putra-putrinya, dalam soal makanan, mulai dari kebutuhan makanan pertama dimakan seorang anak berupa air susu ibu (ASI), sehingga kasih sayang pertama yang dirasakan oleh seorang anak tersebut adalah kasih sayang ibunya sendiri. Pendek kata, ibunya yang merupakan tumpuan harapan, cinta, serta kasih sayang dari seorang anak dan merupakan sumber kebahagiaan hidup manusia yang seutuhnya diatas bumi ini. Betapa agungnya kaum ibu!

Pertumbuhan dan perkembangan jiwa si anak sebagian besar tergantung kepada didikan dan bimbingan dari ibunya, maka dari segi inilah seorang ibu memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang besar untuk mendidik anak anaknya. Namun demikian betapa banyak ibu-ibu yang belum menyadari akan tugasnya ini. Kenyataannya, masih banyak ibu-ibu yang menitipkan anak-anak mereka di tempat penitipan yang seharusnya seorang ibu berkewajiban memeliharanya sejak dari kecil, mengingat seorang anak yang masih kecil itu sangat membutuhkan air susu ibunya. Pengaruh seorang anak yang dilahirkan dalam rumah tangga yang aman dan tenteram, yang penuh dengan kasih sayang, maka tentu saja pertumbuhan serta perkembangan sikap anak tersebut akan baik pula. Akan tetapi sebaliknya, apabila si anak berada di tengah-tengah keluarga yang tak terurus, yang berantakan (broken home), tidak ada hubungan yang baik antara anak dan ibu serta ayahnya, dan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan anak tersebut, baik kebutuhan materil yang berupa sandang dan pangan, atau kebutuhan spiritual yang berupa pendidikan, bimbingan dan kasih sayang, maka kehidupan anak tersebut tentu saja akan menjurus kepada lingkungan anak nakal.

Sebagaimana kita lihat dewasa ini, timbulnya kenakalan kenakalan remaja disebabkan kelalaian dan kurangnya perhatian serta bimbingan kedua orang tuanya. Dalam hubungan ini, itulah yang memberikan andil lebih banyak dalam menanggulangi stuasi yang seperti itu. Karena itu, seorang ibu di samping lebih dekat dengan anak-anaknya, seorang ibu mempunyai kekhususan serta keistimewaan dalam mengadakan bimbingan kepada putra putrinya. 

Dengan demikian, sangatlah tepat kalau nabi besar kita Muhammad saw. Memberikan predikat kepada kaum ibu yang berbunyi: “Surga itu berada dibawah telapak kaki ibu”.

Karena, baik atau buruknya pribadi, sikap dan tingkah laku si anak akan tergantung pada asuhan dan didikan seorang ibu dalam rumah tangga atau keluarganya.


Seorang ibu rumah tangga, selain bertugas sebagai seorang ibu dari putra-putrinya, juga seorang ibu berfungsi sebagai seorang istri dari suaminya.


Jelas, untuk menciptakan suasana rumah tangga yang bahagia dan ideal, seorang ibu harus menjadi istri yang baik dan bijak. Sebab keharmonisan dalam rumah tangga sebagian besar tergantung kepada istrinya tersebut. Dalam hal ini, ketergantungan itu tidak hanya sepihak, kaum bapak pun tidak boleh sewenang-wenang, bersifat masa bodoh! Akan tetapi kaum bapak juga lebih memperhatikan terhadap perkembangan rumah tangga, juga terhadap kebutuhan si istri, seperti apa yang pernah dikatakan oleh seseorang psikiater M.A.W. Brouwer bahwa “perkawinan adalah situasi gotong-royong” dan ini perlu disadari pengertian serta kematangan berpikir serta kedewasaan perasaan. Keduanya belum terpenuhi dalam kehidupan bersuami istri atau berumah tangga, maka tentulah akan timbul kepincangan-kepincangan dalam bertindak (bapak ibu, dengarlah! M.A.W Brouwer 1975).


Seorang istri yang bijaksana, akan dapat menciptakan suasana rumah tangga yang rukun dan damai. Ia dapat membuat hati suaminya tenang dan tentram dalam keluarga, bergembira dengan istrinya, dengan putra-putrinya, tidak membuang-buang waktu mencari hiburan-hiburan lain di luar rumah.


Banyak sekali contoh yang menunjukkan, bahwa seorang istri selalu merasa tidak puas dengan penyediaan suaminya, ingin memiliki lebih dari segala sesuatu yang telah disediakan sesuai kemampuan suaminya. Hal ini akan menimbulkan ketidak tentraman dalam rumah tangga tersebut. Namun sebaliknya, tidak sedikit contoh seorang istri yang dapat menciptakan rumah tangga yang menyenangkan, dengan menerima dan membahagiakan hati suaminya dalam segala kepasrahan yang dinamis dan ketawakalan serta kesabaran.


Apabila suaminya mengalami keresahan dan kekecewaan di luar rumah, dia akan cepat berbalik mendapatkan istrinya, dan kebijaksanaan istrinyalah yang dapat membantu, mempengaruhi serta memenuhi kebutuhan suami, baik kebutuhan lahiriyah maupun kebutuhan batiniahnya.

Bagi seorang suami atau kepala keluarga yang berbahagia seperti ini, maka orang yang paling dihargai dan disayanginya hanyalah istrinya saja. Seorang ibu adalah seorang istri yang harus dapat mengemudikan persoalan-persoalan yang terjadi pada keluarganya. Betapa tidak, merindukan kebahagiaan dan ketentraman hidup, karena dalam keluargalah terjadi hubungan yang paling dekat, paling sering, bahkan dapat dikatakan terus-menerus. Dan untuk menemukan hal yang demikian, tentu harus mempunyai persyaratan-persyaratan yang terintegrasi. Saling mengerti, saling menerima, saling menghargai, saling mempercayai dan saling mencintai.


Jadi jelas, seorang ibu adalah seorang yang harus mengerti, harus menerima, harus menghargai, harus mempercayai akan apa adanya yang terdapat di dalam rumah tangganya, baik dirinya, anaknya, suaminya keluarganya maupun terhadap lingkungannya.


Keluarga yang sejahtera


Bilamana fungsi atau tugas seorang ibu atau seorang istri ini dihubungkan dengan program pemerintah mencapai keluarga bahagia, maka hal ini sangatlah tepat dan serasi sekali, sebab pelaksanaan keluarga bahagia itu adalah salah satu tujuan mencapai keluarga sejahtera dititik beratkan kepada kaum ibu.


Seorang ibu selain membina keluarga, dia juga harus membina dirinya, dan pembinaan ini harus diberikan lagi terhadap putra-putrinya dengan melalui berbagai bimbingan, didikan serta latihan melalui contoh-contoh yang baik. Misalnya mendidik anak-anaknya supaya hidup lebih maju, anak-anaknya supaya mengenal agama, etika dengan dibarengi kesadaran dan ketawakalan kepada Tuhan, diberikan nasehat-nasehat dengan contoh tauladan dalam kehidupan nabi-nabi, anak-anak yang sholeh. Anak yang demikian akan terbina jiwanya, berbudi dan baik tingkah lakunya.


Maka dari itu alangkah tepatnya suatu pepatah yang mengatakan bahwa mendidik seorang wanita berarti mendidik sebuah bangsa, seorang laki-laki hanya mendidik seorang saja. Ini jelas sekali bahwa seorang wanita atau seorang ibu dapat melahirkan kembali manusia-manusia yang baik sebagai pengganti generasi penerusnya, sedangkan seorang laki-laki tidak dapat melahirkan seorang anak. Napoleon Bonaparte dari Perancis pernah mengatakan: “ibu yang baik akan melahirkan bangsa yang baik pula”.


Jelaslah apa yang dikatakan diatas bahwa: “wanita adalah tiang negara, apabila baik wanitanya, maka baik pula negaranya, apabila jelek wanitanya maka hancurlah negaranya”

Hal inilah yang pantas selalu direnungkan oleh kaum putri yang masih remaja maupun yang sudah mengemban rumah tangga agar cita-cita pembangunan kita sekarang ini dapat mencapai tujuannya sesuai dengan tuntutan manusia itu sendiri yaitu pembangunan manusia seutuhnya, yang tetap dalam keridhaan ilahi robbi.


Nah! Untuk mewujudkan kesuksesan cita-cita tersebut, adalah sebagian besar terletak di tangan kaum ibu, karena kaum ibulah yang mencetak serta membina putra-putrinya sebagai manusia pembangunan tadi dalam suatu rumah tangga yang bahagia, yang merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat negara. Oleh karena tujuan pembangunan itu adalah menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga dan masyarakat, maka kaum ibu sebagai pembimbing dan pendidik anak serta keluarganya secara keseluruhan agar tetap menyadari dan mempertahankan fungsinya yang mulia, luhur dan tinggi itu.


Semogalah kaum ibu!

Tidak ada komentar: