Hadits

[Hadits][bleft]

Akhlaq

[Akhlaq][bsummary]

Pendidikan

[Pendidikan][twocolumns]

Metode, Tantangan dan Sikap Dakwah (1)



Oleh : Dr. Mahmoed ben As Syaref

Islam dengan al-Quran dan sunnahnya merupakan agama yang diridhoi Allah bagi semua hamba-Nya. Islam dengan segala keistimewaannya sebagai agama terakhir, yang dibawa oleh utusan paling akhir, dengan syariatnya yang telah sempurna, merupakan agama  universal yang kekal abadi. Agama kemanusiaan yang paling tinggi. Firman Allah :


“Pada hari ini telah aku sempurnakan agama untukmu dan aku cukupkan segala nikmatku bagimu, serta aku rela islam sebagai agamamu”. (al-Maidah: 3)

Rasulullah bersabda: “Islam itu (agama yang) tinggi, tidak ada yang melebihi tingginya”. (al-Hadits)

Karenanya, maka Islam harus tersebar ke seluruh penjuru dunia, menerangi tempat-tempat yang gelap, menampakan kebudayaannya yang masih remang-remang, dengan menancapkan bendera kepribadiannya yang sempurna, dan mengibarkan panji-panji peradabannya yang benderang, agar manusia dapat bernaung di bawahnya. Dalam hal ini, tentu saja kewajiban dakwah islamiyah itu terletak di atas punggung setiap muslim sebagai amanah yang cukup berat. Dakwah yang tidak terbatas hanya di kalangan bangsa dalam satu negara, dan tidak cukup hanya untuk satu golongan dan kelompok masyarakat tertentu, tetapi harus merupakan satu gerakan menyeluruh. Setiap pribadi muslim mendapat bagiannya, yang harus dilaksanakan menurut kemampuan dalam bidang dan profesi masing-masing. Masyarakat Islam atau lembaga-lembaga pemerintahan, gerakan-gerakan keagamaan terutama, semuanya menerima bagiannya, ikut serta aktif di dalam satu kesatuan dengan satu bahasa dan etika dengan bahasa Dakwah Islamiyah atau etika ahsanul qaul (perkataan yang paling baik).

Metode:

Firman Allah:


“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (an-Nahl : 125)

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (al-Fushilat : 33)

Firman Allah yang kami sebutkan di atas memberikan petunjuk tentang metode yang harus diterapkan oleh setiap pelaksana dakwah sebagai senjata yang dapat membantu kelancaran pelaksanaannya. Senjata itu adalah hikmah dan  petunjuk serta bertukar pikiran secara baik-baik, ilmiah dan memakai logika, mengajukan argumentasi-argumentasi yang menjauhkan segala bentuk komplikasi yang membabi buta, agar dakwah dengan cara demikian dapat tertancap ke dalam dada dan tertanam di dalam jiwa, akarnya tidak mudah dicabut serta dapat menghimpun manusia di lingkungan pembawaannya yang berlaku, yaitu akal, perasaan, dan kehendaknya ditambah dengan hikmah. Dengan senjata ini, para Dai akan memperoleh sukses besar dalam tugasnya berdampingan dengan kemampuan fitrah dan watak kemanusiaan yang dinyalakan oleh iman dan kebenaran, serta memenuhi jiwa dengan penuh rasa aman dan tentram.


Dengan metode ini, para Dai akan dapat membentuk suatu masyarakat teladan, gotong royong dan kasih sayang yang merata di dalamnya.


1. Hikmah
Hikmah artinya sesuainya isi dengan cara, yakni meletakkan sesuatu pada proporsinya.

2. Nasehat yang baik
Ia tidak berbentuk perintah atau mencari popularitas dan khayalan tetapi bimbingan, petunjuk dan anjuran. Sedangkan yang paling membekas ialah yang mampu menterjemahkan bahasa dunia kini sesuai dengan situasi dan kondisi. Nasehat yang baik itu yang dapat menghindarkan kata-kata tajam berbisa, dan menjauhkan sikap kekerasan yang menyakitkan hati kepanjangan. Ia tidak boleh keluar dari kenyataan hidup, mampu menyelidiki penyakit-penyakit individu dan patho sosial dengan menyandarkan resepnya atau pengobatan dan pencegahannya, dalam bentuk paedagogis, ethis dan teologis.

3. Perdebatan yang baik
Perdebatan, diskusi, simposium dan lain-lainnya, harus dilangsungkan di daerah kebenaran, lepas dari rasa fanatik dan keangkuhan, tiada menimbulkan kegaduhan dan jangan menyulitkan pikiran.

Syarat:

Masih dengan Firman Allah di atas, setelah kita mengerti tentang apa yang dinamakan metode dari pelaksanaan dakwah, maka kini dihadapkan kepada adanya beberapa persyaratan, yang harus menjadi perhatian kita sebagai Dai, yaitu:


1. Ikhlas
Pelaksanaan dakwah harus ikhlas, lepas dari sifat ambisius, motif-motif pribadi dan politis. Apalagi nafsu serakah terhadap penukaran materi, baik yang jangka panjang maupun jangka pendek.

2. Tauladan yang baik
Pelaksana dakwah harus menjadi kaca dan suri tauladan yang baik dalam gambar hidup kepribadian muslim, penuh dengan sinar kemuliaan.

3. Tetap pendirian
Para Dai harus tetap tabah dan penuh ketekunan dalam menjalankan tugasnya, guna mempertahankan ideologi keyakinan agamanya, tidak mudah digoncangkan angin yang kencang, atau dibawa arus gelombang yang dahsyat yang senantiasa datang mengganggu kita silih berganti.

Dengan ketiga syarat yang telah mengalir mengikuti aliran darah, sebagai arus listrik di dalam dada dalam waktu yang tidak begitu lama, maka para Dai akan melihat orang-orang akan masuk ke dalam Islam, berbondong-bondong dengan pertolongan allah. (Metode, Tantangan dan Sikap Dakwah - 2)


Tidak ada komentar: